HEAT EXCHANGER
A. Prinsip dan teori dasar perpindahan panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama
sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan,
reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung,
yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin
tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantarafluida panasdan fluida dingin
tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Stabilitas fasa fluida pada HE suhu rendah sangat penting mengingat
aliran panas/dingin harus dapat mengalir dengan baik (viscositas optimal).
Pengaruh suhu, tekanan, dan jenis kriogenik akan sangat menentukan efektivitas
pertukaran panas yang terjadi. Beberapa kriteria utama HE yang dibutuhkan untuk
penggunaan pada suhu rendah:
1.
Perbedaan suhu aliran panas dan
dingin yg kecil guna meningkatkan efisiensi
2. Rasio luas permukaan terhadap volume yg besar untuk meminimalkan kebocoran
3.
Perpindahan panas yang tinggi
untuk mengurangi luas permukaan
4.
Massa yg rendah untuk meminimalkan
waktu start up
5.
Kemampuan multi channel untuk
mengurangi jumlah HE
6.
Kemampuan menerima tekanan yg
tinggi
7.
Pressure Drop yg rendah
Minimalisasi
beda suhu aliran panas & dingin harus juga memperhatikan pengaruh suhu
terhadap panas spesifik (Cp) fluida. Jika
Cp menurun dengan menurunnya suhu fluida (contoh Hidrogen), maka
perbedaan suhu inlet & outlet harus ditambah dari harga minimal beda suhu
aliran.
a. Perpindahan Panas Secara Konduksi
Merupakan perpindahan
panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu dengan yang
lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara
fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan
molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang
cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga
menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan panas.
b. Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas dari
suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut
secara fisik.
c. Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas
tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat
dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang
dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik
ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
Gambar 1. Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger
(Djunaidi, 2009)
Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan
panas dari dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat
dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
a.
Secaara kontak langsung
Panas yang dipindahkan
antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan kontak langsung berarti tidak
ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang terjadi yaitu melalui
interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh : aliran steam pada kontak langsung
yaitu 2 zat cair yang immiscible
(tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.
b.
Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas
dan dingin melalui dinding pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan
mengalir.
B. Alat penukar kalor
Seperti yang
telah dikemukakan dalam
pendahuluan terdapat banyak sekali jenis-jenis alat penukar kalor.
Maka untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman maka alat penukar kalor
dikelompokan berdasarkan fungsinya :
a.
Chiller,
alat penukar kalor
ini digunakan untuk
mendinginkan fluida sampai pada
temperature yang rendah. Temperature fluida hasil pendinginan didalam chiller
yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan fluida pendinginan yang dilakukan dengan pendingin air. Untuk
chiller ini media pendingin biasanya digunakan amoniak atau Freon.
b.
Kondensor, alat penukar kalor ini
digunakan untuk mendinginkan uap atau campuran uap, sehingga berubah fasa
menjadi cairan. Media pendingin yang dipakai biasanya air atau udara. Uap atau
campuran uap akan melepaskan panas atent kepada pendingin, misalnya pada
pembangkit listrik tenaga uap
yang mempergunakan condensing
turbin, maka uap bekas dari turbin akan dimasukkan kedalam
kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.
c. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau
gas dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi
perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin coler
mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan fan
(kipas).
d. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan
menjadi uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu
zat dari fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent
dan zat yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.
e.
Reboiler, alat penukar kalor ini
berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta menguapkan sebagian cairan yang
diproses. Adapun media pemanas yang sering digunakan adalah uap atau zat panas
yang sedang diproses itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada penyulingan minyak
pada gambar 2.2, diperlihatkan sebuah reboiler dengan mempergunakan minyak (665
0F) sebagai media penguap, minyak
tersebut akan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube.
Gambar 2. Thermosiphon Reboiler(Anonim, 2011)
f.
Heat Exchanger, alat penukar kalor
ini bertujuan untuk memanfaatkan panas suatu aliran fluida yang lain. Maka akan
terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu:
• Memanaskan fluida
• Mendinginkan fluida yang panas
Suhu yang masuk dan
keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan kebutuhannya. Pada gambar
diperlihatkan sebuah heat exchanger, dimana fluida yang berada didalam tube
adalah air, disebelah luar dari tube fluida yang mengalir adalah kerosene yang
semuanya berada didalam shell.
Gambar 3. Konstruksi Heat Exchanger
(Anonim, 2011)
C. Klasifikasi Alat Penukar Kalor
Melihat begitu banyaknya jenis alat penukar kalor (heat exchanger), maka dapat diklasifikasikan berdasarkan
bermacam-macam pertimbangan yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan proses perpindahan panas
a.
Tipe kontak tidak langsung
• Tipe dari satu fase
• Tipe dari banyak fase
• Tipe yang ditimbun (storage type)
• Tipe fluidized bed
b.
Tipe kontak langsung
1) Immiscible fluids
2) Gas liquid
3) Liquid vapor
2. Klasifikasi berdasarkan jumlah fluida yang mengalir
a.
Dua jenis fluida
b.
Tiga jenis fluida
c.
N – Jenis fluida (N lebih dari
tiga)
3. Klasifikasi berdasarkan kompaknya permukaan
a.
Tipe penukar kalor yang kompak,
Density luas permukaan > 700 m
b.
Tipe penukar kalor yang tidak
kompak, Density luas permukaan < 700 m
4. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas
a.
Dengan cara konveksi, satu fase
pada kedua sisi alirannya
b. Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya
terdapat cara konveksi 2 aliran
c. Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta terdapat 2 pass aliran masingmasing
d.
Kombinasi cara konveksi dan
radiasi
5. Klasifikasi berdasarkan konstruksi
a.
Konstruksi tubular (shell and tube)
1) Tube ganda (double tube)
2) Konstruksi shell and tubeoSekat plat (plate baffle) oSekat batang (rod baffle) oKonstruksi tube spiral
b.
Konstruksi tipe pelat
1) Tipe pelat 3) Tipe lamella
2) Tipe spiral 4) Tipe pelat
koil
c.
Konstruksi dengan luas permukaan
diperluas (extended surface)
1) Sirip pelat (plate fin)
2) Sirip tube (tube fin)
• Heat pipe wall
• Ordinary separating wall
d.
Regenerative
1) Tipe rotary 3) Tipe disk
(piringan)
2) Tipe drum 4) Tipe matrik
tetap
6. Klasifikasi berdasarkan pengaturan aliran
a. Aliran dengan satu pass
1) Aliran
berlawanan
|
4) Aliran
parallel
|
2) Aliran
melintang
|
5) Aliran
split
|
3) Aliran yang dibagi (divided)
b.
Aliran multipass
1) Permukaan yang diperbesar (extended
surface)
• Aliran counter menyilang
• Aliran paralel menyilang
• Aliran compound
Shell and tube
• Aliran paralel yang berlawanan (M pass
pada shell dan N pass pada tube)
• Aliran split
• Aliran dibagi (devided)
2) Multipass plat
• N – paralel plat multipass
PLAT HEAT EXCHANGER
A. Penukaran panas pada plat ( plate heat exchanger )
Plate Heat Exchanger adalah
salah satu jenis alat penukar panas yang terdiri atas paket pelat-pelat tegak
lurus bergelombang atau dengan profil lain, yang dipisahkan antara satu dengan
lainnya oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat ini dipersatukan oleh suatu
perangkat penekan dan jarak antara pelat-pelat ditentukan oleh sekat-sekat
tersebut. Pada setiap sudut dari pelat yang berbentuk empat persegi panjang
terdapat lubang. Melalui dua di antara lubang-lubang ini media yang satu disalurkan masuk dan
keluar pada satu sisi, sedangkan media yang lain karena adanya sekat mengalir
melalui ruang antara disebelahnya. Dalam hal itu hubungan ruang yang satu dan
yang lainnya dimungkinkan. pelat-pelat yang dibentuk sesuai kebutuhan dan
umumnya terbuat dari baja (stainless
steel type 304, 316, 317) atau logam lainnya.
Plate Heat
Exchanger merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai penukar panas yang
menggunakan plat logam untuk mentransfer panas antara dua fuida.
Keuntungan besar menggunakan plate heat exchanger ialah sebagai penukar panas
konvensional yang baik. Kemampuan transfer panas yang baik akan
meningkatkan kecepatan perubahan suhu. Konsep dibalik penukar panas
ini adalah penggunaan plat yang dapat digunakan sebagai penahanan untuk fluida
panas atau dingin, suatu fluida mentransfer panasnya ke fluida lain dengan cara
mengaliri sebuah plat yang sudah terisi dengan fluida yang lain. Dalam
kebanyakan kasus, penukar terdiri dari plat berisi satu fluida yang melewati
ruang berisi cairan lain. Dinding plat biasanya terbuat dari logam, atau
zat lain dengan konduktivitas panas yang tinggi, untuk memfasilitasi
pertukaran, sedangkan casing luar terbuat dari plastik atau dilapisi dengan
isolasi termal, untuk mencegah panas yang melarikan diri dari exchanger.
Alat penukar panas
pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat tegak lurus, bergelombang,
atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak (
biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan oleh suatu
perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat )
terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan
masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir
melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
B. Sistem Kerja dari Plate Heat Exchanger
Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang kemudian
akan mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi dengan adanya
medium pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya. Dimana pelat
yang telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk dan medium
pemanas. Pelat yang dialiri produk tidak akan
dialiri oleh komponen lain.
Cairan panas
yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke atas melintas diantara setiap plae
genap sementara cairan dingin pada bagian puncak head dialirkan turun diantara
plat-plat ganjil. Arah aliran produk dan medium pemanas di dalam pelat biasanya
berbeda atau boleh dikatakan mengalir secara berlawanan. Pada umumnya produk
akan masuk melalui saluran atas dan
mengalir kebawah melewati pelat,
sehingga aliran keluaran produk akan berada dibawah, sedangkan medium pemanas
akan masuk melalui saluran yang
berkebalikan dari produk, yaitu masuk melalui saluran bawah dan mengalir ke
atas melewati pelat, sehingga aliran pengeluaran medium pemanas akan berada
diatas. Arah aliran yang berlawanan ini dimaksudkan agar proses pemanasan
dapat lebih cepat berlangsung.
Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium
pemanas dengan arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat memanas
karena tertekan oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah
menjadi panas dan medium yang telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir
keluar.
Saluran
pengeluaran medium pemanas dan produk ada dua macam tergantung dari rangkaian
pelat yang digunakan, baik itu seri maupun paralel. Pada rangkaian seri produk
yang masuk dan keluar akan melewati ports pada bagian front head yang sama.
Sedangkan pada rangkaian paralel produk dan medium pemanas akan masuk dan
keluar melewati bagian yang berbeda, yaitu masuk melewati ports pada bagian
front head dan keluar melalui ports pada bagian belakangnya.
C. Kelebihan Plate Heat Exchanger
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat yang
kecil,sehingga perpindahan panas yang efisien.
2.
Mudah dirawat dan dibersihkan
3.
Mudah dibongkar dan dipasang
kembali ketika proses pembersihan
4.
Waktu tinggal media sangat
pendek
5.
Dapat digunakan untuk cairan yang
sangat kental (viskos)
6.
Plate and Frame lebih fleksibel,
dapat dengan mudah pelatnya ditambah
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan
(Stainless Steel,Titanium, dan logam lainnya)
8.
Aliran turbulensinya mengurangi
peluang terjadinya fouling dan sedimentasi
D. Kekurangan Plate Heat Exchanger
1. Pelat merupakan bentuk yang
kurang baik untuk menahan tekanan. Plate Heat Exchanger tidak sesuai digunakan
untuk tekanan lebih dari 30 bar.
2.
Pemilihan material gasket yang
sesuai sangatlah penting
3.
Maksimum temperatur operasi
terbatas hingga 250 oC dikarenakan performa dari material gasket
yang sesuai.
Gambar 4. Penukar panas jenis pelat and
Frame (Stevano Viktor, 2011)
Beberapa banyak tipe pada Plate heat
excanger, plat heat exchanger yang banyak dijumpai di industri adalah :
1.
Glue type
Tipe
glue ini memerlukan lem untuk memasang gasket pada plate heat exchanger. Lem
yang digunakan hendaknya ialah lem yang mempunyai ketahanan terhadap panas yang
baik.
Gambar 5. Glue type (Stevano Viktor, 2011)
2.
Clip type
Luar gasket tipe ini terdapat clip-clip,
sehingga dalam pemasangannya cukup menancapkan clip-clip tersebut ke lubang
yang terdapat pada plat. Pemasangan gasket tipe ini lebih mudah dan ringkas
jika dibandingkan dengan tipe glue.
Gambar 6. Clip type (Stevano
Viktor, 2011)
E. Bagian-Bagian dari Plate Heat Exchanger
Gambar 7. Plate Heat
Exchanger (Stevano Viktor, 2011)
1.
Gasket
Gasket terbuat dari karet (non logam) atau bahan yang biasa digunakan adalah nitrile dan ethylene propylene rubber (EPR/EPDM)
a.
Nitrile :
-400F - 2500F untuk temperatur rendah
b.
Nitrile :
-400F - 2500F untuk temperatur tinggi
c.
EPR/ EPDM : -800F
– 3000 F sangat tahan terhadap air yang sangat panas dan uap serta
memiliki ketahanan yang baik untuk kompresi atau volume yang besar.
Fungsi gasket ini adalah
sebagai perekat alat atau pengatur aliran fluida, sehingga antara fluida yang
satu dengan fluida yang lain tidak mengalami kontak secara langsung yang
menyebabkan kebocoran.
2.
Plat penekan
Pelat penekan (Compression Plate)
terbuat dari logam yang berfungsi sebagai penekan pelat agar pada saat operasi
alat berjalan tidak ada rongga didalam aliran fluida agar tidak terjadi
kebocoran.
3.
Pelat (plates)
Pelat (plates) umumnya
berukuran 0,4 - 0,6 mm terbuat dari stainless
steel atau titanium dan terdapat
pada berbagai macam susunan yang berombak-ombak, berfungsi sebagai tempat
mengatur fluida serta tempat terjadinya pertukaran panas antara fluida panas
dengan fluida dingin. Fluida pada pelat ini mengalir secara turbulen, hal ini dikarenakan bentuk
dari pelat tersebut yang bergerigi sehingga pertukaran panas dapat berlangsung
secara cepat. Makin banyak pelat tekanan makin besar.
Tipe pelat pada plate heat exchanger diantaranya :
• Vertical, termasuk salah satu pola pelat yang sering digunakan karena mempunyai
banyak pembatas untuk mengalir, sehingga menyebabkan banyak gerakan putaran (turbulen), perpindahan panas dengan
kecepatan tinggi, dan menurunkan tekanan.
• Horizontal, juga merupakan pola yang sering
digunakan. Mempunyai pembatas, gerak putaran
(turbulen), dan penurunan tekanan yang lebih sedikit dibandingkan pola vertical
•
Combination, penggunaan pola pelat ini
biasanya ditujukan untuk hasil pemanasan dan penurunan tekanan yang lebih
optimal.
Gambar 8. Tipe pelat
(Stevano Viktor, 2011)
4.
Plat penyangga
Pelat penyangga tetap
(fixed frame), terbuat dari logam dan
berfungsi menjaga pelat agar tetap
stabil.
Gambar
9. Pelat
penyangga tetap (fixed frame) (Stevano Viktor, 2011)
5.
Alat penekan
Alat penekan (Compression Bolt), berupa baut pelat
baja yang digunakan untuk menekan pelat dan frame.
Gambar
10. Compression Bolt (Anonim, 2010)
6. Guide Bar
Guide Bar berupa
batang yang terbuat dari carbon steel
atau stainless steel yang mendukung
dan menjaga agar pelat berjajar secara rapi.
Gambar
11. Guide Bars (Anonim, 2010)
7.
Front and head
Front and Rear Heads . (Bagian depan dan kepala bagian belakang), merupakan bagian yang
dilapisi oleh frame carbon steel yang
melekat pada kumpulan pelat yang ditekan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar